Thursday, January 8, 2009

Perangi musuh & membela diri dari serangan & gangguan mereka

Dalam berita yang ditayangkan televisi kondisinya begitu mengenaskan dan mulai tak menghiraukan lagi hak-hak dan kewajiban ke sesama manusia. Dimanakah itu sedang terjadi? Gaza Palestina.

Siapa yang mau diperangi, pastinya tak satupun yang mau. Namun jika terjadi, dengan terpaksa melakukan pertahanan untuk melanjutkan hidup yang layak untuk haknya dengan jalan yang telah digariskan Allah dan disyariatkan kepada hamba-Nya untuk dijalankan dan beribadah dalam batas-batas yang telah ditentukan-Nya (perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya).

Allah Ta'ala berfirman di dalam Hadits Qudsi :
Hamba-Ku yang mana raja dari hamba-hamba-Ku yang menunaikan jihad pada jalan-Ku karena mengharap dan mencari keridlaan-Ku, Aku jamin untuk mengembalikannya (jika ia Kukembalikan) dengan segala apa yang didapatnya bequpa pahala atau harta rampasan dan jika ia Kumatikan (dalam perang sabil itu), ia akan Kuampuni, Kuberi rahmat dan akan Kumasukkan ke dalam surga.
(H. R. Turmudzi dan Thabrani dari Ibnu Umar r.a.)


Sabda Nabi saw. : Lakukanlah jihad terhadap orang-orang kafir dengan lidah, harta benda dan jiwa kalian.

Adapun jihad ada dua macam :
a. Jihad ashghar (kecil), yaitu memerangi orang-orang kafir meskipun terjadi pertempuran dan pertumpahan darah yang begitu dahsyat dalam pandangan mata lahiriyah manusia.
b. Jihad akbar, yaitu memerangi hawa nafsu. Pengetian ini didasarkan kepada Hadits Nabi saw. : "kita sekarang kembali dari jihad ashghar (jihad kecil) (kembali dari perang Badr/Uhud) ke jihad akbar, yaitu jihad memerangi hawa nafsu".

Q.S. 3 Ali 'Imran: 169-171 :
Janganlah sekali-kali engkau mengira mati orang-orang yang gugur terbunuh pada jalan Allah itu, malah mereka itu hidup di sisi Rab mereka, serta mendapat rizki. Mereka bergembira ria dengan kurnia yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka. Dan mereka memberikan (semangat) kegembiraan (untuk berjuang) kepada orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka, (masih hidup dalam perjuangan) untuk tidak merasa gentar ataupun berduka cita. Mereka riang gembira karena ni'mat Allah dan karunia-Nya dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beriman.

Hadits Nabawi yang menyatakan :
Allah telah menjamin orang yang berjihad fisabilillah (dengan niat tidak ke luar rumah kecuali hanya berjihad fisabilillah dan melaksanakan kalimah-Nya semata) akan memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya ke tempat kediamannya beserta dengan apa yang didapatnya berupa pahala atau ghanimah.
(Hadits shahih)


Q.S. 61 as-Shaf: 10-13 menegaskan kebahagiaan bagi orang yang mau melakukan jihad :
Hai orang-orang yang beriman, maukah kutunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang bakal melepaskan kalian dari siksa yang pedih? Yaitu: kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berperang pada jalan-Nya (berjihad) dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang terbaik bagi kalian, jika kalian mengetahui. (jika kalian berbuat demikian) niscaya Allah mengampuni dosa kalian memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir air sungai di bawahnya, serta rumah-rumah yang indah dalam surga 'Adnin (tempat diam yang sebenarnya). Itulah kemenangan yang besar. (dan dianugerahi-Nya kalian) beberapa ni'mat yang lain yang sangat kalian sukai yaitu: pertolongan dari Allah dan pembebasan (kota Makkah), dan berilah kabar gembira kepada orang-orang Mu'min itu.

Q.S. 9 at-Taubat: 41
Berangkatlah kalian kd medan perang, baik ringan kaki ataupun terpaksa, dan berperanglah kalian dengan harta dan jiwa kalian fisabilillah. Itulah yang terbaik bagi kalian, jika kalian mengetahuinya.

Q.S. 9 at-Taubat: 38-39
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian jika dikatakan orang kepada kalian: "Berperanglah kalian fisabilillah", kalian merasa enggan dan ingin tinggal di tempat kalian? Apakah kalian cukup puas dengan kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat, padahal kenikmatan hidup di duoia ini hanyalah sedikit sekali dibandingkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Jika kalian tidak mau berjihad, niscaya Allah menyiksa kalian dengan adzab (siksaan) yang sangat pedih dan Dia menukar kalian dengan kaum yang lain, sedang kalian tidak dapat memudarati Allah barang sedikit pun. Allah sangat berkuasa atas segala sesuatu.

Q.S. 8 al-Anfal : 72-74
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah (dari Mekah ke Madinah atau dari maksiat kepada ta'at), serta berjihad fisabilillah dengan harta dan jiwanya, dan orang-orang yang memberi tempat tinggal (bagi tamu-tamu) dan menolong (al-Anshar), mereka itu saling melindungi satu sama lainnya. Adapun orang-orang yang beriman dan tetap tidak berhijrah, tidaklah diwajibkan sedikit pun melindungi mereka, sehingga mereka berhijrah pula. Jika mereka minta pertolongan kepada kalian dalam agama, maka wajiblah kalian menolong mereka, kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanian antara kalian dengan mereka. Allah melihat apa-apa yang kalian kerjakan. Dan orang-orang kafir sebagian menjadi pelindung bagi yang lainnya. Jika kalian tidak lakukan yang demikian, niscaya terjadilah bencana di muka bumi, dan kebinasaan yang besar. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah lagi berjihad fisabilillah beserta orang-orang ya memuliakan tamu dan yang menolong (kaum Anshar), adalah orang yang sebenarnya beriman. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia.

Ya Allah, berikanlah keberanian dan kekuatan dalam jiwa kami untuk selalu dalam jalan-Mu untuk mencapai kedamaian hati. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Thursday, November 13, 2008

Hargai hak kita, junjung hak orang lain.

Jaman semakin maju teknologi berkembang pesat tentunya ada dampak juga pada budaya masyarakat dalam berperilaku.

Sedikit merefleksi dari acara TV1 pada hari Kamis, 13 November 2008 dalam acaranya SIDAK mengenai polusi udara di dærah Jakarta, acaranya begitu ramai dan tegang karena lebih banyak mengundang emosi untuk adu fisik.

Sebelum permasalahan diangkat, salah satu pembawa acara mangawali membuka permasalahan yang ada dengan berpura-pura menjadi penumpang, saat itu pengemudi bajaj dengan emosinya yang ditegur karena suara bising dan asap knalpot yang mengepul, saat emosi memuncak datang pembawa acara yang lain bersama 2 anggota DPR komisi D yang menentramkan keadaan dengan menjelaskan sekaligus mensosialisasi peraturan tentang uji emisi gas. Dalam penjelasan yang singkat dan padat dari ke-2 anggota DPR untuk melakukan uji emisi berkala, namun salah satu dari pengemudi yang ditegur mengatakan bahwa mereka sebagai "rakyat kecil" dan mengkesankan tidak perlu aturan itu berlaku bagi mereka, seakan memiliki cara sendiri yang menghiraukan kebutuhan "rakyat kecil" lainnya.
Lain sesi, pembawa acara menyamar sebagai penumpang menegur supir angkot karena merokok di dalam angkotnya, namun supir tadi mengatakan merokok di dalam angkotnya sendiri adalah "hak" dia orang lain tidak perlu mengatur, padahal penumpang lain dengan terpaksa diam sambil menutup hidung.

Melihat dari yang dikatakan oleh mereka yang mengatakan sebagai "rakyat kecil" tadi, apakah "mereka" mengerti apa yang dimaksud dengan mengatakan HAK asasi? Seakan orang lain tidak memiliki hak juga. Begitukah kehidupan "rimba" sebagai "orang kecil" yang mengabaikan orang lain?

Sekarang banyak orang yang menuntut hak mereka sendiri. Dimana keadilan? Hak pribadi sama pentingnya hak orang lain. Tidak dipungkiri juga, Saya juga tidak mau hak Saya ditindas. Namun harus disadari, kita hidup tidak sendiri. Rasa saling mengerti yang perlu kita bangun bersama dan tanam dalam benak, insya Allah kebahagian berpihak kepada kita semua. Karena kita (manusia) tercipta sebagai makhluk paling sempurna yang berakal.

Hak untuk kita sangatlah penting, pengertian kepada orang lain lebih utama karena diri kita bagian dari makhluk sosial.

Tuesday, October 28, 2008

Akankah terkikis budaya yang dahulu dikenal baik?

Jaman dahulu wajib sekolah ditetapkan hanya 6 tahun, berganti jaman tuntutan agar lebih bisa mengikuti perkembangan jaman yang semakin banyak inovasi-inovasi baru,
sehingga sekarang ditetapkan wajib belajar 9 tahun (pendidikan formal) dengan harapan adanya peningkatan mutu intelektual bagi setiap penduduk.



Secara pendidikan formal pemerintah sangat mendukung untuk peningkatan mutu intelektual tiap individu sebagai penerus bangsa Indonesia yang berbudaya timur ini (sekarang masih melekat tidak ya istilah itu?).

Dalam tulisan ini penulis akan lebih menekankan kepada nilai moralitasnya saja. Dahulu orang eropa dan negara lain menyanjung tingi akan keramah tamahan budaya bangsa Indonesia yang bersahabat. Jaman semakin berkembang dalam kemajuan teknologi yang bisa mengubah kebiasaan di tiap wilayah. Dengan teknologi yang semakin canggih menjadikan semakin cepatnya suatu informasi bisa diperoleh. Sebagai salah satu contoh adalah televisi, dimana sekarang hampir seluruh keluarga di indonesia memiliki televisi. Disini peran penting pemerintah sebagai "orang tua" untuk bisa mendidik "anak-anaknya" dalam berlaku agar tetap lestari kebudayaan di Indonesia yang terkenal dengan sopan santunnya. Melalui televisi, pemerintah (badan sensor perfilman) bisa mengarahkan muatan dari acara yang tayang sehingga penonton tertanam akan nilai-nilai dalam acara televisi yang ditonton, dengan demikian berarti pemerintah mendukung pendidikan bangsa ini dalam penanaman etika.

Dilihat dari acara televisi kebanyakan sekarang ini, banyak acara yang kesannya mengesampingkan penanaman nilai moral, memang dalam layar televisi sudah diberi simbol sebagai tanda acara yang berlangsung diperuntukkan siapa (berdasar segment umur). Namun yang ada disaat acara dilihat oleh anak kecil walau di layar televisi dengan kode bimbingan orang tua, namun terkadang orang tua tidak punya waktu untuk memberikan pengertian kepada anak sehingga akan ada salah pengertian dari anak kecil yang menonton acara film ato sinetron, dalam tiap acara seharusnya tetap ada pelajaran untuk pembetulan jika memang tidak baik untuk ditiru.

Inikah citra pendidikan non formal di Indonesia sekarang ini, masyarakat tetap harus diberi informasi yang benar jika akan tetap menjaga bangsa ini yang memiliki ciri khas yang layak dipuji oleh negara lain.

Wednesday, September 17, 2008

Niat baik pun perlu direnungi

Ramadhan bulan penuh berkah bagi yang beriman, lebih banyak pahala ditawarkan oleh Allah Swt. Kalau boleh diistilahkan Ramadhan adalah bulan obral pahala bagi orang beriman. Tidurnya orang beriman yang sedang puasa saja dianggap ibadah, tentunya bila untuk menghindari hal yang tidak bermanfaat (Subhanallah, Allah maha pemurah). Di bulan ini banyak orang berlomba-lomba sebanyak mungkin bisa beribadah khusuk dengan harapan memperoleh ridho dari Allah Swt.

Ramadhan bulan penuh amal bagi orang yang mampu akan berbagi kebaikan, baik berupa harta maupun berbagi ilmu agama dan sebagainya. Di Pasuruhan Jawa Timur, seorang pengusaha sukses akan ikut menghiasi bulan penuh berkah ini dengan memperbanyak amalnya berbagi zakat maal bagi kaum yang belum sempat memperoleh rizki seperti beliau.

Pada hari pembagian begitu banyak fakir miskin berbondong-bondong mendatangi tempat pembagian "rejeki". Hari semakin siang semakin banyak yang mengharapkan untuk mendapat zakat maal, tempat yang semula terasa luas menjadi sempit oleh sekitar 7000an orang yang datang. Baris belakang (datang terakhir) tidak ingin kehabisan "jatah rejeki" yang dibagikan, mereka ingin cepat memperoleh dengan cara mendesak terus kedepan tak lagi menghiraukan orang lain (antri), baris demi baris sebisa mungkin dilewati untuk maju paling depan. Namun yang ada, barisan depan sudah penuh berjubel orang mengantri sejak pagi hari. Sehingga kaum yang lemah secara fisik (kebanyakan wanita) dipaksa atau terpaksa tersingkir dari tempat yang kurang menguntungkan. Terjatuh, terinjak dan kehabisan oksigen ditengah kerumunan yang dipayungi terpal yang disediakan panitia penyelenggara menambah panas udara dan menjadikannya sesak. Lemah terkulai dibawah tapak kaki orang lain yang berambisi demi mendapatkan uang Rp. 30.000, bukan rejeki yang diperoleh namun yang ada adalah ujung dari pintu rejeki penghabisan. Memang belum tentu yang meninggal yang salah, kasus ini masih dalam penyelidikan kepolisian Pasuruhan.

Melihat dari kejadian di Pasuruhan Jawa Timur banyak pelajaran yang diperoleh dan untuk direnungi bagi kita.
Mereka yang hampir diujung maut telah diberi kesempatan lagi untuk menikmati oksigen ini, ambil pelajaran untuk lebih bersyukur. Dalam salah satu hadist menyebutkan bahwa Allah Swt. tidak sekali-sekali mencabut nyawa seseorang sebelum Dia (Allah Swt.) memenuhi semua rejeki yang telah ditetapkan untuknya. Dari hadist tersebut menurut kesimpulan Saya adalah kematian samadengan sudah tertutupnya rejeki seseorang. Jadi bagi yang terselamatkan dari kejadian tersebut berarti Allah Swt. masih memberikan jalan rejeki yang lebih panjang. Alhamdulillah...

Dari pihak penyelenggara (H. Zaikon) mengatakan kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1975 disetiap bulan ramadhan tetapi baru sekarang terjadi hal seperti itu. Apakah ini bisa jadi bukti bahwa masyarakat Indonesia semakin banyak kaum fakir miskin? Saya tidak tahu. Dari niat H. Zaikon tentu berharap niat baiknya tidak membuat duka bagi orang lain. Berawal niat baik itu yang berujung petaka menjadikan ujian yang dihadapi oleh penyelenggara karena menurut pihak kepolisian belum ada pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu, kepolisian mengklaim kegiatan tersebut tidak dikonfirmasikan ke kepolisian, sehingga tidak adanya pengamanan dari polisi dengan harapan tidak ada kejadian yang parah yang melibatkan banyak orang dan sebisa mungkin dihindari. (kenyataan kejadian itu sudah terjadi).

Refleksi yang bisa diambil, haruskah niat yang baik berakhir kedukaan bagi pemberi amal dan yang menerima? Hidup mati seseorang memang takdir dari Allah Swt., namun manusia diberi kesempatan untuk menjalani hidup sebaik-baiknya.

Semoga dengan adanya kejadian yang telah terjadi di Pasuruan Jawa Timur tidak menyurutkan kita sebagai umat muslim dalam beramal baik untuk berbagi rejeki, yang dapat diambil pelajaran adalah tentu ada cara yang lebih tepat sehingga benar-benar bermanfaat bagi pemberi maupun penerima. Mari bersama-sama kita cari cara yang lebih tepat agar kegiatan yang telah dicontohkan H. Zaikon tetap berlangsung disetiap saat tanpa mengulang kejadian yang harus meminta korban jiwa.

Wednesday, August 27, 2008

Gimana ini?

Dahulu pemerintah gencar melaksanakan konversi minyak tanah ke gas, begitu suksesnya menjadikan minyak tanah langka dan sulit bahkan tidak bisa didapatkan disetiap daerah di Indonesia.

Kesuksesan langkah atas "kebijaksanaan" pemerintah untuk mengganti minyak tanah menjadi gas tidak didukung oleh kestabilan harga. Sehingga yang terjadi di pasar sekarang adalah seolah-olah tidak ada (atau memang tidak ada?)yang mampu mengendalikan atas harga yang bisa berpihak pada kemakmuran rakyat, lonjakan-lonjakan harga seakan dibiarkan mengalir tak terbendung. Inikah permainan lutchu yang sungguh mengasikkan? Membiarkan titik equilibrium dipermainkan oleh penawaran "maya"? Kita ketahui bersama akan kebutuhan gas di Indonesia setelah minyak tanah masuk ke dalam "museum". Adalah "menghilangkan" pasokan gas di pasar sehingga harga pantas untuk membumbung tinggi.

Inikah era kemunduran bangsa Indonesia yang "makmur"? Semua harga melambung tinggi sangat jauh meninggalkan pendapatan masyarakat kebanyakan.