Wednesday, September 17, 2008

Niat baik pun perlu direnungi

Ramadhan bulan penuh berkah bagi yang beriman, lebih banyak pahala ditawarkan oleh Allah Swt. Kalau boleh diistilahkan Ramadhan adalah bulan obral pahala bagi orang beriman. Tidurnya orang beriman yang sedang puasa saja dianggap ibadah, tentunya bila untuk menghindari hal yang tidak bermanfaat (Subhanallah, Allah maha pemurah). Di bulan ini banyak orang berlomba-lomba sebanyak mungkin bisa beribadah khusuk dengan harapan memperoleh ridho dari Allah Swt.

Ramadhan bulan penuh amal bagi orang yang mampu akan berbagi kebaikan, baik berupa harta maupun berbagi ilmu agama dan sebagainya. Di Pasuruhan Jawa Timur, seorang pengusaha sukses akan ikut menghiasi bulan penuh berkah ini dengan memperbanyak amalnya berbagi zakat maal bagi kaum yang belum sempat memperoleh rizki seperti beliau.

Pada hari pembagian begitu banyak fakir miskin berbondong-bondong mendatangi tempat pembagian "rejeki". Hari semakin siang semakin banyak yang mengharapkan untuk mendapat zakat maal, tempat yang semula terasa luas menjadi sempit oleh sekitar 7000an orang yang datang. Baris belakang (datang terakhir) tidak ingin kehabisan "jatah rejeki" yang dibagikan, mereka ingin cepat memperoleh dengan cara mendesak terus kedepan tak lagi menghiraukan orang lain (antri), baris demi baris sebisa mungkin dilewati untuk maju paling depan. Namun yang ada, barisan depan sudah penuh berjubel orang mengantri sejak pagi hari. Sehingga kaum yang lemah secara fisik (kebanyakan wanita) dipaksa atau terpaksa tersingkir dari tempat yang kurang menguntungkan. Terjatuh, terinjak dan kehabisan oksigen ditengah kerumunan yang dipayungi terpal yang disediakan panitia penyelenggara menambah panas udara dan menjadikannya sesak. Lemah terkulai dibawah tapak kaki orang lain yang berambisi demi mendapatkan uang Rp. 30.000, bukan rejeki yang diperoleh namun yang ada adalah ujung dari pintu rejeki penghabisan. Memang belum tentu yang meninggal yang salah, kasus ini masih dalam penyelidikan kepolisian Pasuruhan.

Melihat dari kejadian di Pasuruhan Jawa Timur banyak pelajaran yang diperoleh dan untuk direnungi bagi kita.
Mereka yang hampir diujung maut telah diberi kesempatan lagi untuk menikmati oksigen ini, ambil pelajaran untuk lebih bersyukur. Dalam salah satu hadist menyebutkan bahwa Allah Swt. tidak sekali-sekali mencabut nyawa seseorang sebelum Dia (Allah Swt.) memenuhi semua rejeki yang telah ditetapkan untuknya. Dari hadist tersebut menurut kesimpulan Saya adalah kematian samadengan sudah tertutupnya rejeki seseorang. Jadi bagi yang terselamatkan dari kejadian tersebut berarti Allah Swt. masih memberikan jalan rejeki yang lebih panjang. Alhamdulillah...

Dari pihak penyelenggara (H. Zaikon) mengatakan kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1975 disetiap bulan ramadhan tetapi baru sekarang terjadi hal seperti itu. Apakah ini bisa jadi bukti bahwa masyarakat Indonesia semakin banyak kaum fakir miskin? Saya tidak tahu. Dari niat H. Zaikon tentu berharap niat baiknya tidak membuat duka bagi orang lain. Berawal niat baik itu yang berujung petaka menjadikan ujian yang dihadapi oleh penyelenggara karena menurut pihak kepolisian belum ada pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu, kepolisian mengklaim kegiatan tersebut tidak dikonfirmasikan ke kepolisian, sehingga tidak adanya pengamanan dari polisi dengan harapan tidak ada kejadian yang parah yang melibatkan banyak orang dan sebisa mungkin dihindari. (kenyataan kejadian itu sudah terjadi).

Refleksi yang bisa diambil, haruskah niat yang baik berakhir kedukaan bagi pemberi amal dan yang menerima? Hidup mati seseorang memang takdir dari Allah Swt., namun manusia diberi kesempatan untuk menjalani hidup sebaik-baiknya.

Semoga dengan adanya kejadian yang telah terjadi di Pasuruan Jawa Timur tidak menyurutkan kita sebagai umat muslim dalam beramal baik untuk berbagi rejeki, yang dapat diambil pelajaran adalah tentu ada cara yang lebih tepat sehingga benar-benar bermanfaat bagi pemberi maupun penerima. Mari bersama-sama kita cari cara yang lebih tepat agar kegiatan yang telah dicontohkan H. Zaikon tetap berlangsung disetiap saat tanpa mengulang kejadian yang harus meminta korban jiwa.