Wednesday, August 27, 2008

Gimana ini?

Dahulu pemerintah gencar melaksanakan konversi minyak tanah ke gas, begitu suksesnya menjadikan minyak tanah langka dan sulit bahkan tidak bisa didapatkan disetiap daerah di Indonesia.

Kesuksesan langkah atas "kebijaksanaan" pemerintah untuk mengganti minyak tanah menjadi gas tidak didukung oleh kestabilan harga. Sehingga yang terjadi di pasar sekarang adalah seolah-olah tidak ada (atau memang tidak ada?)yang mampu mengendalikan atas harga yang bisa berpihak pada kemakmuran rakyat, lonjakan-lonjakan harga seakan dibiarkan mengalir tak terbendung. Inikah permainan lutchu yang sungguh mengasikkan? Membiarkan titik equilibrium dipermainkan oleh penawaran "maya"? Kita ketahui bersama akan kebutuhan gas di Indonesia setelah minyak tanah masuk ke dalam "museum". Adalah "menghilangkan" pasokan gas di pasar sehingga harga pantas untuk membumbung tinggi.

Inikah era kemunduran bangsa Indonesia yang "makmur"? Semua harga melambung tinggi sangat jauh meninggalkan pendapatan masyarakat kebanyakan.

Sunday, August 17, 2008

Memperingati kemerdekaan Indonesia ke-63 tahun

MERDEKA... MERDEKA... MERDEKA...

Sudah 63 tahun Indonesia sudah terbebas dari penjajahan bangsa lain. Indonesia sudah memiliki pemerintahan sendiri untuk menentukan kamakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari tahun ke tahun kita peringati kemerdekaan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan kita yang menjadikan Indonesia menjadi lebih baik seperti yang kita harapkan bersama. Tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia bersuka cita, hampir diseluruh kota/desa memperingatinya dengan berbagai macam lomba/pertandingan2 guna menyemarakkan hari yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Kreativitas tiap warga tercurahkan dalam karnaval, kendaraan2 dihiasi beraneka warna dan ragam bentuk seindah mungkin sesuai tema keanekaragaman bangsa Indonesia maupun kemerdekaan itu sendiri.

Maksud diadakan perlombaan/pertandingan maupun karnaval adalah untuk memeriahkan hari yang bersejarah tanpa meninggalkan dalam mengenang perjuangan para pahlawan bangsa. Namun muncul pertanyaan setelah penulis melihat langsung maupun dari siaran salah satu televisi. Dalam siaran berita terjadi pertikaian oleh instansi pemerintah dikarenakan kekalahan salah satu pihak dalam pertandingan memperingati 17 Agustus. Sedemikian tipiskah pemahaman diadakannya acara tersebut? Mari kita pahami bersama, apakah acara seperti itu kemenangan yang dicari? Bukankah keakraban serta kebersamaan yang diharapkan, sehingga terjalin persatuan dan kesatuan.
Dalam keceriaan warna-warni dan keberagaman bentuk hiasan dalam karnaval sangat meriah memperlihatkan antusias warga dalam merayakan kemerdekaan. Iring-iringan yang begitu indah oleh ragam kreativitas, yang menjadi kurang menarik yang dilihat oleh penulis adalah iring-iringan yang hanya menggeber2 knalpot sepeda motor yang memekakkan telinga dan tak nampak ada kreativitas positif yang ditonjolkan, hanya bermodal cat mewarnai wajah dan rambut tak ada bedanya dengan kampanye atau pawai supporter bola. Dilihat dari tema yang dibawakan oleh mereka menampakkan hanya sekedar hura-hura dalam memaknai kemerdekaan ini. Dari sini, mari bersama belajar bisa mengkoordinasikan tema yang diangkat tidak lepas dari acara perayaan yang diadakan.

Kemerdekaan saat ini dengan situasi sekarang bukan berarti kita menjadi lelap terbuai mimpi, tetapi tetap harus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan itu sendiri bagi kesejahteraan kita bersama.