Thursday, November 13, 2008

Hargai hak kita, junjung hak orang lain.

Jaman semakin maju teknologi berkembang pesat tentunya ada dampak juga pada budaya masyarakat dalam berperilaku.

Sedikit merefleksi dari acara TV1 pada hari Kamis, 13 November 2008 dalam acaranya SIDAK mengenai polusi udara di dærah Jakarta, acaranya begitu ramai dan tegang karena lebih banyak mengundang emosi untuk adu fisik.

Sebelum permasalahan diangkat, salah satu pembawa acara mangawali membuka permasalahan yang ada dengan berpura-pura menjadi penumpang, saat itu pengemudi bajaj dengan emosinya yang ditegur karena suara bising dan asap knalpot yang mengepul, saat emosi memuncak datang pembawa acara yang lain bersama 2 anggota DPR komisi D yang menentramkan keadaan dengan menjelaskan sekaligus mensosialisasi peraturan tentang uji emisi gas. Dalam penjelasan yang singkat dan padat dari ke-2 anggota DPR untuk melakukan uji emisi berkala, namun salah satu dari pengemudi yang ditegur mengatakan bahwa mereka sebagai "rakyat kecil" dan mengkesankan tidak perlu aturan itu berlaku bagi mereka, seakan memiliki cara sendiri yang menghiraukan kebutuhan "rakyat kecil" lainnya.
Lain sesi, pembawa acara menyamar sebagai penumpang menegur supir angkot karena merokok di dalam angkotnya, namun supir tadi mengatakan merokok di dalam angkotnya sendiri adalah "hak" dia orang lain tidak perlu mengatur, padahal penumpang lain dengan terpaksa diam sambil menutup hidung.

Melihat dari yang dikatakan oleh mereka yang mengatakan sebagai "rakyat kecil" tadi, apakah "mereka" mengerti apa yang dimaksud dengan mengatakan HAK asasi? Seakan orang lain tidak memiliki hak juga. Begitukah kehidupan "rimba" sebagai "orang kecil" yang mengabaikan orang lain?

Sekarang banyak orang yang menuntut hak mereka sendiri. Dimana keadilan? Hak pribadi sama pentingnya hak orang lain. Tidak dipungkiri juga, Saya juga tidak mau hak Saya ditindas. Namun harus disadari, kita hidup tidak sendiri. Rasa saling mengerti yang perlu kita bangun bersama dan tanam dalam benak, insya Allah kebahagian berpihak kepada kita semua. Karena kita (manusia) tercipta sebagai makhluk paling sempurna yang berakal.

Hak untuk kita sangatlah penting, pengertian kepada orang lain lebih utama karena diri kita bagian dari makhluk sosial.

Tuesday, October 28, 2008

Akankah terkikis budaya yang dahulu dikenal baik?

Jaman dahulu wajib sekolah ditetapkan hanya 6 tahun, berganti jaman tuntutan agar lebih bisa mengikuti perkembangan jaman yang semakin banyak inovasi-inovasi baru,
sehingga sekarang ditetapkan wajib belajar 9 tahun (pendidikan formal) dengan harapan adanya peningkatan mutu intelektual bagi setiap penduduk.



Secara pendidikan formal pemerintah sangat mendukung untuk peningkatan mutu intelektual tiap individu sebagai penerus bangsa Indonesia yang berbudaya timur ini (sekarang masih melekat tidak ya istilah itu?).

Dalam tulisan ini penulis akan lebih menekankan kepada nilai moralitasnya saja. Dahulu orang eropa dan negara lain menyanjung tingi akan keramah tamahan budaya bangsa Indonesia yang bersahabat. Jaman semakin berkembang dalam kemajuan teknologi yang bisa mengubah kebiasaan di tiap wilayah. Dengan teknologi yang semakin canggih menjadikan semakin cepatnya suatu informasi bisa diperoleh. Sebagai salah satu contoh adalah televisi, dimana sekarang hampir seluruh keluarga di indonesia memiliki televisi. Disini peran penting pemerintah sebagai "orang tua" untuk bisa mendidik "anak-anaknya" dalam berlaku agar tetap lestari kebudayaan di Indonesia yang terkenal dengan sopan santunnya. Melalui televisi, pemerintah (badan sensor perfilman) bisa mengarahkan muatan dari acara yang tayang sehingga penonton tertanam akan nilai-nilai dalam acara televisi yang ditonton, dengan demikian berarti pemerintah mendukung pendidikan bangsa ini dalam penanaman etika.

Dilihat dari acara televisi kebanyakan sekarang ini, banyak acara yang kesannya mengesampingkan penanaman nilai moral, memang dalam layar televisi sudah diberi simbol sebagai tanda acara yang berlangsung diperuntukkan siapa (berdasar segment umur). Namun yang ada disaat acara dilihat oleh anak kecil walau di layar televisi dengan kode bimbingan orang tua, namun terkadang orang tua tidak punya waktu untuk memberikan pengertian kepada anak sehingga akan ada salah pengertian dari anak kecil yang menonton acara film ato sinetron, dalam tiap acara seharusnya tetap ada pelajaran untuk pembetulan jika memang tidak baik untuk ditiru.

Inikah citra pendidikan non formal di Indonesia sekarang ini, masyarakat tetap harus diberi informasi yang benar jika akan tetap menjaga bangsa ini yang memiliki ciri khas yang layak dipuji oleh negara lain.

Wednesday, September 17, 2008

Niat baik pun perlu direnungi

Ramadhan bulan penuh berkah bagi yang beriman, lebih banyak pahala ditawarkan oleh Allah Swt. Kalau boleh diistilahkan Ramadhan adalah bulan obral pahala bagi orang beriman. Tidurnya orang beriman yang sedang puasa saja dianggap ibadah, tentunya bila untuk menghindari hal yang tidak bermanfaat (Subhanallah, Allah maha pemurah). Di bulan ini banyak orang berlomba-lomba sebanyak mungkin bisa beribadah khusuk dengan harapan memperoleh ridho dari Allah Swt.

Ramadhan bulan penuh amal bagi orang yang mampu akan berbagi kebaikan, baik berupa harta maupun berbagi ilmu agama dan sebagainya. Di Pasuruhan Jawa Timur, seorang pengusaha sukses akan ikut menghiasi bulan penuh berkah ini dengan memperbanyak amalnya berbagi zakat maal bagi kaum yang belum sempat memperoleh rizki seperti beliau.

Pada hari pembagian begitu banyak fakir miskin berbondong-bondong mendatangi tempat pembagian "rejeki". Hari semakin siang semakin banyak yang mengharapkan untuk mendapat zakat maal, tempat yang semula terasa luas menjadi sempit oleh sekitar 7000an orang yang datang. Baris belakang (datang terakhir) tidak ingin kehabisan "jatah rejeki" yang dibagikan, mereka ingin cepat memperoleh dengan cara mendesak terus kedepan tak lagi menghiraukan orang lain (antri), baris demi baris sebisa mungkin dilewati untuk maju paling depan. Namun yang ada, barisan depan sudah penuh berjubel orang mengantri sejak pagi hari. Sehingga kaum yang lemah secara fisik (kebanyakan wanita) dipaksa atau terpaksa tersingkir dari tempat yang kurang menguntungkan. Terjatuh, terinjak dan kehabisan oksigen ditengah kerumunan yang dipayungi terpal yang disediakan panitia penyelenggara menambah panas udara dan menjadikannya sesak. Lemah terkulai dibawah tapak kaki orang lain yang berambisi demi mendapatkan uang Rp. 30.000, bukan rejeki yang diperoleh namun yang ada adalah ujung dari pintu rejeki penghabisan. Memang belum tentu yang meninggal yang salah, kasus ini masih dalam penyelidikan kepolisian Pasuruhan.

Melihat dari kejadian di Pasuruhan Jawa Timur banyak pelajaran yang diperoleh dan untuk direnungi bagi kita.
Mereka yang hampir diujung maut telah diberi kesempatan lagi untuk menikmati oksigen ini, ambil pelajaran untuk lebih bersyukur. Dalam salah satu hadist menyebutkan bahwa Allah Swt. tidak sekali-sekali mencabut nyawa seseorang sebelum Dia (Allah Swt.) memenuhi semua rejeki yang telah ditetapkan untuknya. Dari hadist tersebut menurut kesimpulan Saya adalah kematian samadengan sudah tertutupnya rejeki seseorang. Jadi bagi yang terselamatkan dari kejadian tersebut berarti Allah Swt. masih memberikan jalan rejeki yang lebih panjang. Alhamdulillah...

Dari pihak penyelenggara (H. Zaikon) mengatakan kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1975 disetiap bulan ramadhan tetapi baru sekarang terjadi hal seperti itu. Apakah ini bisa jadi bukti bahwa masyarakat Indonesia semakin banyak kaum fakir miskin? Saya tidak tahu. Dari niat H. Zaikon tentu berharap niat baiknya tidak membuat duka bagi orang lain. Berawal niat baik itu yang berujung petaka menjadikan ujian yang dihadapi oleh penyelenggara karena menurut pihak kepolisian belum ada pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu, kepolisian mengklaim kegiatan tersebut tidak dikonfirmasikan ke kepolisian, sehingga tidak adanya pengamanan dari polisi dengan harapan tidak ada kejadian yang parah yang melibatkan banyak orang dan sebisa mungkin dihindari. (kenyataan kejadian itu sudah terjadi).

Refleksi yang bisa diambil, haruskah niat yang baik berakhir kedukaan bagi pemberi amal dan yang menerima? Hidup mati seseorang memang takdir dari Allah Swt., namun manusia diberi kesempatan untuk menjalani hidup sebaik-baiknya.

Semoga dengan adanya kejadian yang telah terjadi di Pasuruan Jawa Timur tidak menyurutkan kita sebagai umat muslim dalam beramal baik untuk berbagi rejeki, yang dapat diambil pelajaran adalah tentu ada cara yang lebih tepat sehingga benar-benar bermanfaat bagi pemberi maupun penerima. Mari bersama-sama kita cari cara yang lebih tepat agar kegiatan yang telah dicontohkan H. Zaikon tetap berlangsung disetiap saat tanpa mengulang kejadian yang harus meminta korban jiwa.

Wednesday, August 27, 2008

Gimana ini?

Dahulu pemerintah gencar melaksanakan konversi minyak tanah ke gas, begitu suksesnya menjadikan minyak tanah langka dan sulit bahkan tidak bisa didapatkan disetiap daerah di Indonesia.

Kesuksesan langkah atas "kebijaksanaan" pemerintah untuk mengganti minyak tanah menjadi gas tidak didukung oleh kestabilan harga. Sehingga yang terjadi di pasar sekarang adalah seolah-olah tidak ada (atau memang tidak ada?)yang mampu mengendalikan atas harga yang bisa berpihak pada kemakmuran rakyat, lonjakan-lonjakan harga seakan dibiarkan mengalir tak terbendung. Inikah permainan lutchu yang sungguh mengasikkan? Membiarkan titik equilibrium dipermainkan oleh penawaran "maya"? Kita ketahui bersama akan kebutuhan gas di Indonesia setelah minyak tanah masuk ke dalam "museum". Adalah "menghilangkan" pasokan gas di pasar sehingga harga pantas untuk membumbung tinggi.

Inikah era kemunduran bangsa Indonesia yang "makmur"? Semua harga melambung tinggi sangat jauh meninggalkan pendapatan masyarakat kebanyakan.

Sunday, August 17, 2008

Memperingati kemerdekaan Indonesia ke-63 tahun

MERDEKA... MERDEKA... MERDEKA...

Sudah 63 tahun Indonesia sudah terbebas dari penjajahan bangsa lain. Indonesia sudah memiliki pemerintahan sendiri untuk menentukan kamakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari tahun ke tahun kita peringati kemerdekaan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan kita yang menjadikan Indonesia menjadi lebih baik seperti yang kita harapkan bersama. Tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia bersuka cita, hampir diseluruh kota/desa memperingatinya dengan berbagai macam lomba/pertandingan2 guna menyemarakkan hari yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Kreativitas tiap warga tercurahkan dalam karnaval, kendaraan2 dihiasi beraneka warna dan ragam bentuk seindah mungkin sesuai tema keanekaragaman bangsa Indonesia maupun kemerdekaan itu sendiri.

Maksud diadakan perlombaan/pertandingan maupun karnaval adalah untuk memeriahkan hari yang bersejarah tanpa meninggalkan dalam mengenang perjuangan para pahlawan bangsa. Namun muncul pertanyaan setelah penulis melihat langsung maupun dari siaran salah satu televisi. Dalam siaran berita terjadi pertikaian oleh instansi pemerintah dikarenakan kekalahan salah satu pihak dalam pertandingan memperingati 17 Agustus. Sedemikian tipiskah pemahaman diadakannya acara tersebut? Mari kita pahami bersama, apakah acara seperti itu kemenangan yang dicari? Bukankah keakraban serta kebersamaan yang diharapkan, sehingga terjalin persatuan dan kesatuan.
Dalam keceriaan warna-warni dan keberagaman bentuk hiasan dalam karnaval sangat meriah memperlihatkan antusias warga dalam merayakan kemerdekaan. Iring-iringan yang begitu indah oleh ragam kreativitas, yang menjadi kurang menarik yang dilihat oleh penulis adalah iring-iringan yang hanya menggeber2 knalpot sepeda motor yang memekakkan telinga dan tak nampak ada kreativitas positif yang ditonjolkan, hanya bermodal cat mewarnai wajah dan rambut tak ada bedanya dengan kampanye atau pawai supporter bola. Dilihat dari tema yang dibawakan oleh mereka menampakkan hanya sekedar hura-hura dalam memaknai kemerdekaan ini. Dari sini, mari bersama belajar bisa mengkoordinasikan tema yang diangkat tidak lepas dari acara perayaan yang diadakan.

Kemerdekaan saat ini dengan situasi sekarang bukan berarti kita menjadi lelap terbuai mimpi, tetapi tetap harus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan itu sendiri bagi kesejahteraan kita bersama.

Wednesday, June 25, 2008

?

Maraknya demonstrasi dimana2 sepertinya menjadi hal biasa kita temui di negeri ini yang "katanya" menuju reformasi bangsa (sudah sampaikah tujuan itu atau malah melenceng menjauh?). Akankah ini menjadi budaya baru di bangsa ini dalam berdemokrasi?

Sering disaat terjadi demonstrasi dihadapkan pada emosional diantara demonstran dengan pihak aparat, sehingga kontak fisik jadi sulit dihindarkan demi argumen atau alasan keamanan/ketertiban. Jika yang terjadi demikian maka emosional yang mengendalikan, tak lagi menggunakan hati nurani.

Satu sisi ada rasa salut kepada demonstran (mahasiswa) untuk menyuarakan kebenaran demi kemakmuran bangsa ini, salut juga bagi aparat yang telah berusaha menjaga ketertiban dan keamanan di negeri ini.
Namun ada kekecewaan disaat mahasiswa berdemo mereka seolah hanya berslogan berpihak kepada masyarakat, namun dengan kejadian yang sudah2, adakah keberpihakan memberi peluang bagi masyarakat lain dengan peran sendiri2 untuk menjalankan roda kehidupan? Dukungan simpatik akan didiperoleh bukan dengan pemblokiran2 atau pembakaran2 fasilitas umum. Kita ketahui bersama, pembangunan bangsa ini menggunakan hasil dari pajak rakyat, jika yang terjadi pengrusakan apakah itu bentuk dukungan untuk kemakmuran bersama? Dimana penghargaan untuk masyarakat atas hasil pajak yang dibayarkan? Inikah bentuk pembelaan atas nama rakyat? Kita bangsa yang masih berkembang, Indonesia dibangun dengan pinjaman2 namun semua itu sama saja tak membawa hasil karena tindakan2 yang kontra dengan kemakmuran.
Akhir2 ini media sering memberitakan tindakan anarkisme di negeri Indonesia tercinta, inikah budaya baru kita yang telah merasuk ke semua elemen di negara ini? Seperti yang diberitakan Trans TV Selasa 24 Juni 2008 pada Repotase Sore menayangkan tindakan oknum polisi yang jelas2 sengaja menabrakkan mobil patroli kepada seorang demonstran hingga terpelanting jauh. Bila kejadian itu yang melakukan bukan anggota polisi, polisi akan menyimpulkan itu adalah tindakan kejahatan tabrak lari. Namun jika dilakukan oleh oknum aparat, apa kesimpulan yang akan diungkapkan? Seperti itukah mental didikan aparat yang "mengayomi"? Kita lihat juga berita pasca penyerbuan di kampus Unnas menyebabkan 1 polisi menjadi korban pemukulan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, pemukulan tersebut dekat kaitannya dengan kejadian pasca penyerbuan di kampus Unnas, bisa jadi karena mereka geram dengan kelakuan polisi yang membabi buta dalam penyerbuan kampus Unnas.

Indonesia terdiri dari berbagai elemen yang menopang berdirinya bangsa ini. Mari kita bergandeng tangan bersama2 memperkokoh bangsa demi kemakmuran kita semua.

Tuesday, June 24, 2008

Kreatifitas yang terkekang rupiah(?)

Bangsa akan bangga kepada warganya yang bisa meningkatkan kemakmuran negaranya. Kepintaran / kepandaian seseorang bisa didapat dari pendidikan formal maupun non formal, intinya dari kreatifitas untuk mengembangkan dari apa yang sudah diketahui dan mau berusaha untuk lebih baik atas kondisi yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang.

Berita yang masih panas masalah kenaikan harga bahan bakar minyak yang sangat besar pengaruhnya terhadap harga2 lain memaksa kita untuk lebih kreatif dalam berinovasi atas sesuatu dengan pengharapan bisa terpenuhi apa yang menjadi keinginan dengan biaya yang lebih murah walau yang didapat adalah barang yang sejenis dengan kualitas sama atau bahkan lebih baik.

Metro Tivi dalam acara Metro Realitas pada hari Rabu, 18 Juni 2008 menyiarkan tentang tingginya harga benih jagung menjadikan petani jagung di Kediri berusaha dengan kreatifitasnya merekayasa variasi benih jagung yang berkualitas. Namun kendala yang dihadapi adalah adanya undang2 tentang hak paten. Petani yang kreatif dengan inovasinya terkendala karena ada pihak yang mengklaim atas benih variasi jagung, dengan adanya hal tersebut menjadikan kreatifitas petani mengalami "kematian" secara paksa oleh pihak lain. Mereka para petani tentunya mempunyai pengharapan atas hasil panen untuk kesejahteraan keluarga mereka sendiri dan pihak lain pada umumnya. Dengan adanya UU yang mengatur, ada UU yang malah kurang berpihak pada kesejahteraan petani malah menjauhkan dari yang namanya kesejahteraan.

Jika permasalahan adalah hak cipta atas suatu hasil karya cipta dan petani dianggap melanggar hak cipta atas varietas jagung yang sudah ada, seharusnya penuntut merefleksikan dengan pertanyaan siapakah yang menciptakan benih jagung sesungguhnya? Sudah sombongkah manusia sehingga mengklaim ciptaan Allah swt? Manusia hanya mengembangkan dari ciptaan-Nya.

Jika demikian yang terjadi, siapakah yang seharusnya bisa melindungi petani untuk mencapai kesejahteraan dan dapat dirasakan merata oleh masyarakat? Haruskah kesejahteraan dipersulit jika sebenarnya bisa tercapai tanpa harus membeli atau dengan biaya yang lebih mahal?

Semoga kesejahteraan berpihak kepada rakyat pada umumnya.

Tuesday, June 17, 2008

Belajar kembali dari kejadian geng nero

Kejadian yang terungkap di Pati dimana kekerasan yang dilakukan oleh siswi SMA terhadap siswi yang lain begitu memprihatinkan. Dari kejadian tersebut ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua agar tidak terulang lagi di dunia pendidikan yang diharapkan bisa menjadi tempat penggemblengan para calon pemimpin bangsa kelak yang dilandasi mental sebagai bangsawan.

Ada cerita pengalaman dari seseorang (sebut saja Dicky) mengatakan trauma atas tindakan2 dari seniornya dahulu pada waktu pertama kali masuk dunia yang lebih dewasa dalam berpendidikan. Ada yang salah dalam cara menanamkan dalam benak diri tiap siswa yang dilakukan senior2nya kepada junior untuk selalu berani dan mampu menghadapi permasalahan.
Setiap hari Jumat Dicky beranggapan akan memasuki "neraka", karena harus mengikuti kegiatan extrakurikuler bagi semua siswa kelas 1. Disetiap kegiatan hampir selalu ada perpeloncoan dimana fisik yang mau tidak mau akan menerima tindakan, entah pukulan atau harus jungkir balik setiap melakukan kesalahan. Jika tidak ditemui kesalahan, senior mencoba mencari2 kesalahan. Cerita yang didengar dari senior mengatakan mereka juga mengalami hal seperti itu sewaktu masih menjadi siswa baru di sekolah itu. Diluar extra kurikulerpun tidak jauh berbeda perlakuan dari senior yang lain, lebih parahnya lagi junior yang jadi incaran senior dibawa di pojok toilet sekolah dan dipukuli beramai2. Timbul pertanyaan dari seorang Dicky, inikah pembalasan atau apa???

Terungkapnya kasus geng nero dengan pengakuan dari mereka yang mengatakan karena perlakuan seniornya kepada diri mereka yang kemudian membentuk suatu kelompok "sependeritaan" dan melakukan hal serupa kepada juniornya sebagai bentuk balas dendam (menurt saya salah sasaran).
Contoh yang sudah tersiar luas sebelumnya kita juga sudah tahu malah sampai membawa korban jiwa yang ternyata hal seperti itu sudah lama "membudaya". Tidak tahukah mereka para pendidik atas kegiatan yang dilakukan anak didiknya terhadap tindakan yang terjadi terlebih jika kegiatan yang dilakukan dalam lingkup pendidikan yang diasuhnya? Akankah seperti itu terus cara yang berlaku? Akankah penerus bangsa ini membawa Indonesia menjadi seperti suku bar-bar? Jangan sampai terjadi kembali, dengan penanaman spiritual sangat besar pengaruhnya untuk membentuk bangsa yang lebih sopan dan halus tanpa melemahkan mental.

Satu hal lagi yang dapat diambil pelajaran atas pengakuan anggota geng nero, dengan adanya rasa takut akan bisa menjadikan kekuatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk memberontak entah bagaimana caranya.
Jika yang diinginkan adalah penghormatan dari orang lain kepada kita tidaklah begitu caranya, akan timbul suatu kewibawaan yang terbentuk dari kelebihan yang kita miliki dalam memperlakukan orang lain dengan baik dan tulus, sehingga akan tertanam rasa segan dalam diri orang lain kepada kita, bukan rasa takut kepada kita.
KEWIBAWAAN TIDAK AKAN KETEMU JIKA DICARI, KARENA ITU ADALAH BENTUKAN DARI DIRI KITA SENDIRI.

Tuesday, June 10, 2008

Permen koplo

Perlu diwaspadai dengan adanya peredaran pil koplo dikemas dalam bentuk permen yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Berdasarkan berita, merk tersebut masih dalam penelitian pihak terkait (radio Prambors Jogja, 10 Juni 2008). Perlu diwaspadai dan hati-hati.

Sunday, June 8, 2008

Keprihatinan adu domba

Assalamu'alaikum wr.wb

Tanpa perlu banyak basa basi saya mencoba mengungkapkan keprihatinan yang terjadi di negeri ini. Headline media cetak atau elektronik yang masih hangat membahas demo kenaikan BBM kini tergeser masalah lain. Itulah siklus berita yang selalu hangat dan panas. Masalah tumpuk menumpuk menghapus/menyembunyikan yang telah maupun yang sedang terjadi.

Sebagai muslim saya prihatin dan berpendapat FPI >< NU = adu domba umat muslim. Siapa yang tertawa dibalik kejadian ini? Sesama muslim adalah saudara yang seharusnya saling mendukung demi kebaikan bersama. Islam tidak mengajarkan untuk memerangi umat yang lain. Dalam bernegara bersama-sama menjaga keutuhan bangsa ini tanpa mencampurkan apa yang memang seharusnya berjalan sendiri-sendiri.
Dalam kaitan ini yang terjadi dalam Islam adalah masalah siapa? ahmadiyah yang mengatasnamakan Islam bukanlah Islam dan yang harus diperangi adalah ajarannya yang menyesatkan.
Timbul pertanyaan saya bagi mereka yang menegakkan kebebasan beragama,apakah kebebasan beragama berarti kebebasan agama lain mencampuri urusan dalam agama lainnya?
1 agama berati 1 keyakinan. Jika 1 agama terjadi 2 keyakinan apakah ini masalah bagi agama lain?

Semoga umat muslim bersatu kembali untuk menyiarkan agama Islam demi keutuhan Islam sendiri dan bangsa Indonesia pada umumnya. Mari sebagai muslim kita teriakkan ALLAHU AKBAR...!! Dan bangkitkan rasa nasionalisme kita dengan meneriakkan MERDEKA...!!

Wassalamu'alaikum wr.wb