Tuesday, June 24, 2008

Kreatifitas yang terkekang rupiah(?)

Bangsa akan bangga kepada warganya yang bisa meningkatkan kemakmuran negaranya. Kepintaran / kepandaian seseorang bisa didapat dari pendidikan formal maupun non formal, intinya dari kreatifitas untuk mengembangkan dari apa yang sudah diketahui dan mau berusaha untuk lebih baik atas kondisi yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang.

Berita yang masih panas masalah kenaikan harga bahan bakar minyak yang sangat besar pengaruhnya terhadap harga2 lain memaksa kita untuk lebih kreatif dalam berinovasi atas sesuatu dengan pengharapan bisa terpenuhi apa yang menjadi keinginan dengan biaya yang lebih murah walau yang didapat adalah barang yang sejenis dengan kualitas sama atau bahkan lebih baik.

Metro Tivi dalam acara Metro Realitas pada hari Rabu, 18 Juni 2008 menyiarkan tentang tingginya harga benih jagung menjadikan petani jagung di Kediri berusaha dengan kreatifitasnya merekayasa variasi benih jagung yang berkualitas. Namun kendala yang dihadapi adalah adanya undang2 tentang hak paten. Petani yang kreatif dengan inovasinya terkendala karena ada pihak yang mengklaim atas benih variasi jagung, dengan adanya hal tersebut menjadikan kreatifitas petani mengalami "kematian" secara paksa oleh pihak lain. Mereka para petani tentunya mempunyai pengharapan atas hasil panen untuk kesejahteraan keluarga mereka sendiri dan pihak lain pada umumnya. Dengan adanya UU yang mengatur, ada UU yang malah kurang berpihak pada kesejahteraan petani malah menjauhkan dari yang namanya kesejahteraan.

Jika permasalahan adalah hak cipta atas suatu hasil karya cipta dan petani dianggap melanggar hak cipta atas varietas jagung yang sudah ada, seharusnya penuntut merefleksikan dengan pertanyaan siapakah yang menciptakan benih jagung sesungguhnya? Sudah sombongkah manusia sehingga mengklaim ciptaan Allah swt? Manusia hanya mengembangkan dari ciptaan-Nya.

Jika demikian yang terjadi, siapakah yang seharusnya bisa melindungi petani untuk mencapai kesejahteraan dan dapat dirasakan merata oleh masyarakat? Haruskah kesejahteraan dipersulit jika sebenarnya bisa tercapai tanpa harus membeli atau dengan biaya yang lebih mahal?

Semoga kesejahteraan berpihak kepada rakyat pada umumnya.

No comments: